Kemudian ia berkata : Kembalikanlah ruh seorang Mukmin itu ke bumi. Sesungguhnya Aku, Tuhanmu telah menjanjikan kepada manusia bahwa Aku (Allah Swt) telah menciptakan manusia dari bumi dan kepadanya Aku mengembalikannya, dan daripadanya pula Aku mengeluarkannya di kesempatan yang lain. Maka dikembalikanlah ruh itu ke bumi dan masuk kembali ke jasadnya.
Sekembalinya ruh itu ke jasadnya datang dua Malaikat yang dengan kasar dan lantang menghampirinya dan mendudukkan hamba tersebut. Pada saat itulah dua Malaikat itu melontarkan berbagai pertanyaan kepadanya :
من ربّك ؟ ومــا دينــك ؟ فيقـــول ربّى الله. ودينى الاسلام
?Siapa Tuhanmu ? dan apa agamamu, ia pun menjawab : Allah adalah Tuhanku dan Islam adalah agamaku".
Dua Malaikat itu kembali melontarkan pertanyaan :
فما تقول فى هذالرجل الذى بعث فيكم ؟ فيقول هو رسول الله : وما يدريك ؟ فيقــول جآءنا بالبيــنات من ربّنا فا منت به وصـدقّت.
"Apa komentarmu kepada seorang laki-laki yang telah diutus kepada kalian semua ? Hamba itu menjawab : Ia adalah Rasulullah ! apa yang kamu ketahui tentang dia ? Hamba Mu?min itu menjawab : Dia datang kepada kita dengan membawa bukti yang jelas dari Tuhanku maka aku mengimaninya dan membenarkannya".
Kisah ini merupakan esensi makna dari sebuah firman Allah : يثبت الله الذين امنــوابالقــول الثابت فى الحيـاة الدنيا وفى الأخرة
?Allah telah mengokohkan (keyakinan) orang-orang yang beriman dengan qoul al - Tsabit / ucapan yang tetap di dalam kehidupan dunia dan akhirat?
Rasulullah Saw bersabda : Pada saat itu muncullah sebuah seruan menggema dari langit : Sungguh kebenaran telah ada pada hambaku. Maka ialah yang berhak atas surga, saat itulah surga dibentangkan dan dalam bentuk seorang laki-laki yang cakep wajahnya, wangi baunya dan bajunya indah menawan, seorang laki-laki jelmaan itu lantas berkata ; bersenang senanglah kalian semua atas apa yang telah Allah ?Azza Wajalla janjikan kepadamu, berbahagialah atas keridlaan dari Allah dan surga-surga yang didalamnya terhimpun beberapa kenikmatan yang ditetapkan. Seorang hamba mukmin itu menimpalinya dengan do?a mudah-mudahan Allah menyenangkan kamu dengan segala kebaikan ! siapakah kalian ? wajahmu hadir kepadaku dengan segala kebaikan ! maka lelaki jelmaan amal itupun menjawab hari ini adalah hari-harimu, dimana engkau menerima balasan yang dijanjikan, dan ini adalah ketentuan sebagaimana yang dijanjikan, aku adalah amalmu yang baik, demi Allah sungguh aku tidak menyaksikan engkau kecuali engkau senantiasa bergegas dengan penuh semangat di dalam taat kepada Allah Swt, dan engkau begitu lamban dan nyaris takmelakukan maksiatillah, maka mudah-mudahan Allah memberi balasan kebaikan kepada-Mu. Dan hamba Mukmin itupun berdo?a : Wahai Tuhanku datangkanlah hari Qiamat agar aku dapat kembali berkumpul dengan sanak keluarga dan hartaku.
Rasulullah Saw bersabda : Apabila seorang hamba berperilaku dosa dan penyelewengan, maka ketika seorang hamba itu tiba di hari akhirat dan terputus dari kehidupan dunia, datanglah seorang Malaikat, lantas ia duduk di dekat kepalanya dan berkata : ?Keluarlah wahai nyawa yang buruk, bersenang-senanglah kalian atas kebencian dan kemarahan Allah. maka turunlah Malaikat itu dengan wajah hitam nan garang dan pakaian kasar yang semerawut, ketika Malaikat itu mencabut ruhnya maka Malaikat yang lainpun berdiri dan mereka tidak menahan ruhnya digenggamannya sekejab matapun?.
Nabi Muhammad Saw bersabda : Jasad hamba yang berdosa itu menjadi terpisah-pisah lantas malaikat mengeluarkan ruh itu dengan tersendat-sendat hingga uratnya terputus-putus ibarat tusuk-tusuk sate yang besar dan tajam ditancap-tancapkan pada kain basah yang terbuat dari bulu-bulu domba, betapa pedihnya ! Ruh itu sengaja diambil oleh Malaikat sehingga ruh itu keluar dalam keadaan busuk dan betapa menjjikkan baunya, seandainya bau ruh itu ditebarkan di permukaan antara langit dan bumi niscaya penduduk bumi itu berujar Hiiih ........... bau ruh siapa ini ? begitu menjijikkan ! para Malaikatpun menyahut : Ini adalah ruh Fulan seraya menyebutkan nama yang begitu buruk, suara / informasi itupun menyeru ke seantero jagat langit dan bumi. Untuk itu Malaikat tidak bersedia membukakan pintu langit untuk hamba pendosa itu.
Allahpun lantas berfirman :
ردوه الى الارض ,انى وعدتهم اني منها خلقناهم, وفيهانعيدهم, ومنها نخرجهم تارة اخرى.
?Kembalikanlah ruh busuk itu ke bumi wahai para Malaikat, sesungguhnya Aku telah menyampaikan janji-Ku kepada mereka (manusia) bahwa Aku telah menciptakan mereka dari bumi, kepada bumi itu juga aku akan mengembalikan mereka dan nantinya Aku akan mengeluarkan kembali mereka dari bumi itu; maka ruh itupun lantas dicampakka ke bumi?.
Imam Barrok berkata : selepas rasul mengisahkan riwayat ini, beliau lantas membacakan sebuah ayat :
ومن يشرك با لله فكأ نما خر من السماء : الأية
?Barang siapa mempersekutukan Allah Swt, maka seolah-olah orang itu terjun terjungkal (ke bumi) dari langit?.
Dan hamba pendosa itu dikembalikan ke bumi beserta ruhnya. Kemudian dua sosok malaikat yang kasar mendatanginya dengan bentakan yang begitu keras, hingga hamba pendosa itu terduduk; dan Malaikat itupun mulai menanyainya: ?Siapa Tuhanmu ? dan apa agamamu !? Hamba itu memberanikan diri menjawabnya dengan tanpa jawaban, sambil gemetar ia berkata: ?Aku tidak tahu, tetapi sebenarnya aku pernah mendengar bahwa semua manusia mengucapkan / mengikrarkannya; Malaikat kembali membentaknya: Kok kamu ndak tahu ! pada saat itulah liang kubur menyempit dan menghimpit hamba fajir tersebut hingga tulang-tulang rusuknya ?mblesat? bercerai berai?.
Selanjutnya segala amal buruk hamba itu menjelma menjadi seorang laki-laki yang jelek rupanya, baunya busuk dengan pakaian yang begitu kumal, dan iapun menyapanya : ?Berbahagialah kamu dengan adzab dan kebencian dari Allah Swt ! dengan segala kebengongan hamba itu berkata : siapa kamu ? kau datang dengan wajah dan pakaian yang begitu menjijikkan. Lelaki itu menjawab ; aku adalah amal keburukanmu ! Demi Allah aku tidak menyaksikan kamu kecuali malas dalam mengerjakan taat kepada Allah Swt dan engkau begitu antusias dan semangat dalam melakukan kemaksiatan kepada Allah Swt?.
Pada saat itulah lantas datang kepadanya seorang Malaikat yang tuli dan buta dengan membawa tongkat besi yang begitu besar, seandainya saja sebuah gunung dipukul dengan tongkat itu niscaya ia akan hancur lulur menjadi abu dan remukan-remukan batu. Malaikat itupun bertandang menghajar seorang hamba itu dengan kerasnya sehingga semua makhluk yang dibumi mampu mendengarnya kecuali jin dan manusia. Kemudia ruh dan jasad seorang hamba itu kembali menyatu setelah hancur lebur dan Malaikat kembali menghajarnya. Hadits ini merupakan riwayat yang mashur dan telah diriwayatkan oleh sejumlah para Imam yang menjadi sanadnya, termasuk didalamnya adalah Imam Ahmad.
Imam Al ? Haramaini, Al ? Faqih Abu Bakar bin al ? ?Araby dan Al-Imam Syaifuddin berkata: ?Ulama Salaf al ? Shalih sebelum munculnya para penentang konsepsi dasar agama, secara bulat menyepakati atas ketetapan hidupnya kembali orang-orang yang telah meninggal dunia didalam kuburnya, adanya pertanyaan dari dua orang malaikat kepada manusia dan ketetapan tentang wujudnya adzab kubur bagi orang-orang yang berdosa dan orang-orang kafir. Hal ini menjadi keyakinan yang kokoh dengan landasan firman Allah SWT :
وأحييتنا اثنتين
?Dan aku menjadikan dua kehidupan yang lain (setelah kematian )?
Ayat ini ditafsiri dengan hidupnya kembali orang yang telah mati, karena hendak menghadapi pertanyaan dua malaikat dialam kubur. Dan hidupnya kembali orang yang mati dihari penggiringan mereka kealam makhsyar. Oleh karena itulah dua kehidupan itu telah Allah Swt. informasikan kepada segenap manusia. Sedangkan kehidupan yang pertama yakni kehidupan didunia, Allah Swt. telah menginformasikannya kepada manusia. Namun paska munculnya rang-orang yang kontra terhadap masalah ini beberapa ulama tidak menyepakatinya, tetapi mayoritas dari ulama Salafuna al ? Shalih tetap menyepakatinya.
Selanjutnya ketahuilah bahwa apa saja yang terkandung dalam hadist ini yakni keberadaan malikat maut, malaikat Mungkar Nakir, dan malaikat-malaikat yang lain, termasuk juga tempat-tempat yang yang ada dihari qiyamat nanti adalah merupakan hal-hal yang memiliki kesamaran didalam sifatnya, dan hampir saja tidak ada jalan yang cukup rasional didalam mengungkap sifat-sifat itu secara mendetil, kalau bukan karena keimanan. Oleh karenaitu seorang hamba sengaja diuji oleh Allah Swt sejauh mana kekokohan keimanannya dalam menyikapi hal-hal yang ghaib.
Ulama Ahli al ? Sunnah wa al- Jama?ah menyepakati bahwa orang-orang yang telah meninggal dunia dapat mengambil dua kemanfaatan yang dapat memberikan pertolongan kepadanya yakni; segala bentuk usaha (ibadah) yang ia lakukan sendiri semasa hidupnya. Yang kedua adalah do?a dari orang-orang mukmin, permohonan ampun mereka untuk simayyit, pahalanya shadaqah dan ganjaran ibadah haji yang dilakukan oleh ahli waris untuk mayit. Sedangkan tentang berbagai bentuk ibadah-ibadah yang bersifat badaniah termasuk puasa, shalat, menbaca Al ? Qur?an, dan berzikir, dikalangan ulama Ahli al ? Sunnah wa al ? Jama?ah sendiri masih dipertentangkan.
Dalam kontroversi ini ?Jumhuri al ? Salaf al ? Shaleh? menyatakan sampainya pahala ? pahala yang bersifat badaniyyah yang dilakukan oleh orang yang masih hidup untuk mayit. Tetapi sebagian dari ahli al ? bid?ah itu dapatlah kita bantah dengan landasan Al ? Kitab dan Al ? Sunnah. Berkaitan dengan istidlal (pencarian dalil) yang menjadi alasan bagi ahli bid?ah yakni Firman Allah Swt :
وان ليس للانسان الا ما سعى
?Dan tidaklah tetap bagi manusia kecuali apa yang ia usahakan?.
Dapat lah kita tolak, bahwa sesungguhnya Allah Swt. tidaklah menangghkan pengambilan kemanfaatan seseorang atas usaha orang lain. Dan yang Allah Swt nafikan adalah orang lain tidak dapat ikut memiliki hasil usaha (ibadah) dari orang yang selainnya. Adapun apa saja yang diusahakan oleh orang lain adalah menjadi miliknya sendiri sehingga ia memiliki kebebasan , apakah ia menghendaki untuk menyerahkan pahala amal ibadahnya kepada orang lain, atau ia menetapkan pahala dari apa yang ia usahakan itu untuk dirinya sendiri. Dalam hal ini jelaslah bahwa Allah Swt tidak menyatakan bahwa sesungguhnya seseorang itu tidak boleh mengambil kemanfaatan sama sekali kecuali terhadap apa yang ia usahakan sendiri.
Keterangan ini adalah merupakan akhir dari isi kitab yang saya karang ?Wallahu A?lam bi al ? Shawab?, dan hanya kepada Allahlah tempat kembali, dan Dia-lah Dzat Yang memberikan kecukupan kepadaku. Dan sebaik-baiknya Dzat yang diserahi segala urusan. ?Laa Haula walaa Quwwata illa billahi al - ?Aliyyi al ? ?adzimi? Tidaklah ada kekuatan untuk dapat menghindari segala bentuk kemaksiatan dan kesanggupan dalam memenuhi segala bentuk ketaatan dalam beribadah kecuali hanya dengan pertolongan Allah Swt Dzat yang Maha Luhur dan Maha Agung.
Mudah-mudahan shalawat dan salam senantiasa tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad Saw. segenap keluarganya dan pengikut-pengikutnya yang tetap berpegang teguh kepada kebaikan hingga hari qiamat nanti.
?Wa al ? Hamdulillahi Rabbi al ? ?Alamiin?
Jember, 7 Syawwal 1426 H
Penerjemah
Ahmad Zainul Hakim,S.EI
No comments:
Post a Comment